Senin, Januari 05, 2009

Pensiun...

Hari ini...setelah 30 tahun mengabdi ke pemerintah negara Indonesia tercinta...Bapakku, J.P Tondang, resmi menjalani hari pertama sebagai pensiunan. 30 tahun!!! Gak sedikit pun bisa terbayang apa yang sudah dilakukan Bapak selama itu. Dengan tekun dia menjalani hari-harinya mengabdi ke negara yang kurasa tidak memberikan penghargaan yang setimpal dengan apa yang sudah dilakukannya.

Dia, Bapakku yang genap berusia 56 tahun Desember lalu, memulai kariernya sebagai 'abdi negara' dari golongan IA, golongan terendah dari sistem hierarki kepangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dan dia berhenti di golongan IVC. Entah berapa gajinya waktu pertama kali berkarier, aku pun malas memikirkannya. Dia sudah melewati pasang surut karir yang tak menentu, dilecehkan atasan, 'disalib' rekan yang lebih muda dan tidak mencicipi kenaikan jabatan dalam waktu yang lama. Tapi, karena ketekunannya, dia bertahan...

Dan pertahanannya tak pernah kendur sampai 30 tahun kemudian. Karena bulan lalu, dia bisa membuktikan kesetiaannya dengan berdiri tegak di hadapan atasannya dan menerima bintang penghargaan atas pengabdiannya selama 30 tahun. Sayang, aku tidak bisa menyaksikannya, pastilah dia sangat bangga ketika bintang penghargaan itu disematkan di baju dinasnya. Tapi, ketika aku pulang ke Medan Natal kemarin, dengan bangga dia sempat menunjukkan cincin emas, kenang-kenangan dari rekan kerjanya di kantor. Saat itu aku bisa melihat raut wajahnya semakin jelas dimakan usia.....Tua, tapi semoga dia bahagia di masa tuanya...

Sebagai PNS teladan, dari dulu Bapakku selalu memendam cita-cita, bahwa satu hari kelak, salah satu dari ketiga anaknya akan melanjutkan 'perjuangannya' sebagai Pegawai Negeri Sipil. Aku ingat, sejak aku SD, cita-cita ini sudah mulai rutin di'dengungkan'nya di telinga kami. Tapi kenyataannya, hingga dua anaknya bekerja, PNS tidak pernah menarik perhatian. Bukan maksud menjadi durhaka, tapi menjadi PNS tak pernah sedikit pun terbersit di pikiran ini. Tapi, lagi-lagi sebagai Bapak yang demokratis, dia tetap memendam cita-citanya dan terus mendukung apapun yang dikerjakan oleh anak-anaknya....

Hari ini, semua rutinitasnya selama 30 tahun terhenti sudah. Aku sedikit merasa beruntung tidak harus menyaksikan raut wajahnya yang seperti dirundung duka dan sendu setiap hari. Sesuatu yang sebenarnya sudah bisa kurasakan sejak beberapa bulan sebelum dia resmi pensiun. Tidak ada lagi apel pagi, tidak ada lagi upacara HUT KORPRI, tidak ada lagi rapat koordinasi, tidak ada lagi studi banding. Semua lenyap dari agenda hariannya. Entah apa yang dia rasakan sekarang.....Aku pun mengerti dan ikhlas harus meladeni telepon darinya setiap hari, karena aku tahu, he's got nothing to do anymore.....

Tapi aku bersyukur, Bapakku mulai mencari aktifitas lain sejak beberapa bulan sebelum pensiun. Seminggu sekali dia mengajar sebagai dosen honor di sebuah perguruan tinggi swasta di Medan. Setiap hari dia selalu meluangkan waktu menjaga warung kecil di belakang rumahku di Medan..Semoga dia bisa melalui masa pasca pensiun ini dengan baik. Itu doaku......Karena meski negara ini memandangnya sebelah mata setelah 30 tahun pengabdiannya, kepadanyalah pandanganku tertuju selama 26 tahun aku hidup di dunia....Tak pernah luput sedetik pun..Karena dari tiap tetesan keringatnya mengabdi selama 30 tahun, aku dan adik-adikku bisa bersekolah...

Jadi..Makasih Bapak...Semoga berkat Tuhan tak pernah luput dari kehidupanmu senantiasa....Way to Go, Dad!!!!!^.^

0 komentar: