Kamis, Agustus 19, 2010

DEREK GRATIS DI JALAN TOL?!?!? BOHONG BESAR!

Sebenarnya saya sudah tidak mau mengingat-ingat peristiwa ini. Mungkin sepele, tapi efek peristiwa ini cukup membuat saya sedikit trauma dengan pelayanan Jasa Marga lewat fasilitas jalan tol nya. Tapi, saya rasa,banyak orang yang harus tahu, supaya ketika mereka membaca ini, mereka tahu harus berbuat apa.

Rabu (18/08), seperti biasa saya pergi ke kantor denganmenggunakan mobil pribadi. Seperti biasa pula, saya melewati jalur 'maut', dari Jatibening (rumah saya) ke Kebon Jeruk (kantor saya). Setiap hari, saya harus masuk tol Pondok Gede Timur (bayar 1.000), dilanjutkan masuk ke tol Dalam Kota(bayar 6.500). Macet sudah pasti jadi makanan sehari-hari. Yang terparah,setelah keluar gerbang tol Halim karena penyempitan jalur. Bayangkan, dari sekitar7 gerbang tol, menyempit jadi 4! Tapi saya cukup tabah, karena toh, sudah setiap hari melewati jalur itu.

Kalau sedang beruntung, perjalanan bisa saya tempuh hanya dengan waktu 45 menit. Kalau lumayan lancar, sekitar 1 jam. Kalau macet, 1,5 jam. Kalau macet banget 2-2,5 jam. Kalau macetnya minta ampun, 3 jam. Rekor terlama saya menempuh Jatibening-Kebon Jeruk adalah 4 jam!

Walaupun namanya jalan tol, jalan bebas hambatan, tapi saya sudah melupakan definisi itu. Tidak mungkin bebas hambatan, kecuali Anda melewatinya pukul 3 dini hari! Makanya, saya termasuk orang yang paling kesalketika mengetahui tariff tol naik. Sistem tidak bekerja dengan baik, tapi maunya naik naik naik melulu.

Hmm..saya belum sampai ke poin utama tulisan saya, tapi saya sudah emosi. Maaf. Hmmm...oke, begini ceritanya. Rabu itu, saya berangkat dari rumah sekitar pukul 10 pagi. Di luar dugaan, sampai setelah gerbang tol Pondok Gede Barat, jalanan masih lancar. Setelah Jatiwaringin, mulai tersendat, tapi lancar. Akhirnya sampai di gerbang tol MAUT, gebang tol Halim. Saya sudah stuck sejak antri sebelum pembayaran di gerbang tol. Tapi, saya berhasil melewati gerbang tol dalam waktu hampir sejam (padahal jarak yang ditempuh cuma sekitar 500 m!).Tapi lagi-lagi, saya ikhlas.

Sebenarnya, tidak ada masalah di mobil saya. Semua dalam kondisi baik. Tapi hari itu, saya memang mengisi bensin Premium, karena memang kondisinya sudah hampir habis. Tapi saya tidak tahu, kalau itu jadi awal bencana saya hari itu. saya terkena dampak bensin yang katanya tidak murni, ada semacam gel yang terkandung di Premium, yang membuat tractor bensinnya ngadat dan bensin tidak memompa dengan baik. (Sumpah, sejak saat itu saya enggak mau ngisi Bensin Premium! NEVER!)

Kembali ke gerbang tol maut, setelah hampir 1,5 jam stuck di gerbang tol Halim, tiba-tiba mesin mobil saya mati. Untungnya, saya berada di lajur paling kanan jalan tol itu. Saya panik, karena seumur-umur belum pernah mogok di tengah jalan, apalagi jalan tol! Saya coba starter beberapa kali,tetap mati. Akhirnya saya keluar, coba membuka kap mesin, cek radiator dan lainnya yang saya masih paham. Tapi saya enggak tahu apa pangkal masalahnya.Saya panik!

Saya putuskan adik laki-laki saya yang lebih paham tentang mesin mobil. Tapi tidak menolong juga. Waktu itu matahari panasnya minta ampun. Panik bercampur bingung, saya tidak tahu harus bagaimana. Puluhan klakson jelas-jelas diarahkan ke saya dan mobil saya yang malang. Semua marah karena otomatis lajurdimana saya berhenti jadi tidak bergerak sama sekali. Saya mau menangis waktu itu. Saya tidak tahu harus bagaimana, jadi saya masuk mobil dan benar-benar mau menangis.

Setelah menunggu hampir setengah jam, tiba-tiba ada mobil Derek Jasa Marga yang mendatangi saya. Rasanya senang sekali. Saya keluar, dan dua orang petugas menghampiri saya. Saya ingat jelas, di sisi mobil Derek ada tulisan "DEREK GRATIS SAMPAI PINTU KELUAR TERDEKAT". Saya senang sekali.

Setelah petugas pertama (Saya lupa mencatat namanya. Badannya gemuk, rambutnya lurus dengan seragam Jasa Marga oranye yang kumal sekali) memeriksa mesin mobil saya. Dia bilang ada masalah dengan Fuel Pump, alias pompa yang seharusnya memompa bensin naik ke atas. Jadi, kesimpulannya,tidak ada bensin yang mengalir dari tangki ke mesin. Itu diagnosanya.

Saya bingung, tidak mengerti apa-apa. Akhirnya saya minta tolong agar mobil saya diderek saja, supaya saya cari bengkel. Tapi, di luar dugaan, dia dengan santainya berkata "Ya, saya bisa antar sampai pintu keluar terdekat, Pancoran, biayanya 50.000. Kalau sampai bengkel tujuan, tergantung di mana bengkelnya." Posisi saya saat itu tidak jauh dari Gerbang Tol Halim arah ke Cawang. Saya bilang "Bengkel langganan saya ada di Jatibening. Kalau saya mau diantar sampai ke sana,berapa bayarnya?". Setelah berdiskusi dengan rekannya (bapak-bapak tua memakai topi, beruban dan kurus. Lagi-lagi saya lupa mencatat namanya), dia menyebutkan harga. "Sampai Jatibening 375.000"

Dalam hati saya berpikir "Kampret! Mahal banget!". Tapi saya lantas berkata "Kok mahal? Bukannya gratis ya? Kalau gitu, saya mau diantar saja sampai Pancoran, kan itu gerbang keluar terdekat. Dari sana, biar saya dijemput adik saya." Eh, diluar dugaan si petugas gendut itu membalas saya "Enggak bisa Mba. Kalau kami antar keluar, berarti di arteri Pancoran,nanti Mba bakal diderek lagi ama Derek Polda. Kalau Polda, berarti dibawa ke Komdak. Bayarnya bisa 500 ribu. Atau Mba diangkut ama Derek Ambon, dibawa ke UKI, bayarnya segitu juga." Sumpah, saya enggak tahu apa itu Derek Ambon! "Kalau mau, kami antar ke bengkel Toyota di Saharjo, ya 350.000 lah." Tapi saya bersikukuh, "Antar saja saya ke Pancoran, nanti ada bengkel di sana, saya tahu ada bengkel di sana." Eh, dia menjawab "Enggak ada bengkel di sana.Kami enggak mau nyari-nyari bengkel. Kalau gitu, bayarannya nambah."

Lalu saya jawab "Oke. Kalau gitu, saya tunggu saja di sini. Saya telepon montir saya, nanti kalau dia udah periksa mobil saya, biar saya telepon Derek lagi." Si gendut menimpali lagi "Mba enggak bisa nunggu di sini.Nanti di Derek Ambon. Kalau udah di tangan Ambon, kami enggak bisa apa-apa." Bingung kan? "Lah, kan kalian Derek resmi? Mana mungkin Derek lain bisa masuk jalan tol? Kan udah dilarang?". Tapi dia menjawab itu bisa saja terjadi. Di titik itu, saya tahu, dia menakut-nakuti saya.

Saya kesal. Saya mencoba menelepon nomor telepon resmi Derek jasa Marga. Saya ceritakan masalah saya dan posisi saya berada waktu itu, sekaligus menceritakan soal biaya yang dibebankan dua lelaki sialan itu ke saya. Dari petugas di ujung telepon itu, saya tahu, bahwa rumus perhitungan Derek tol jasa marga yang sebenarnya adalah seperti ini : Pengangkutan pertama biayanya Rp 100.000, nah setelah itu, per kilometer dihitung Rp. 8000. Nah, kalau saya hitung, biaya Derek sampai keluar gerbang tol terdekat (Pancoran) seharusnya gratis. Lantas, dari Pancoran ke Jatibening jaraknya 14 km. Kalau dikalikan 8.000 berarti totalnya 112.000, ditambah100.000 di awal, maka seharusnya biayanya 212.000. Itu yang benar! Saya ikhla smengeluarkan biaya segitu! Enggak apa-apa!

Saya sudah menginformasikan harga itu ke petugas Derek yang dua orang ini, tapi mereka tetap bersikukuh di harga 375.000. Saya bilang, saya enggak bawa banyak uang hari itu. Dan saya coba segala cara untuk berkompromi. Iseng saya bertanya lagi, "Kalau saya cuma mau dibawa ke Pancoran, kan itu gerbang tol terdekat. Gratis kan?" Dengan seenaknya si gendut itu menjawab "Enggak Mba. Tetap ada biaya 50.000. tapi Mba bakal di Derek polda..bla..bla...bla..," katanya mengulangi statement pertama. Saya muak!

Saya menyerah. Saya kepanasan, disoraki orang-orang lewa tklakson. Saya benci sekali hari itu. Saya benci! Saya akhirnya bilang, saya mau bayar 250.000. Eh, seenaknya (lagi) mereka menjawab "Ya udah. 300.000 udh paling mentok. Kalau enggak mau, kami jalan." Sumpah, kalau ada tenaga, saya ingin tonjok muka dua orang itu. Tapi saya mencoba untuk tetap berkepala dingin. Saya minta waktu berpikir. Tapi mereka menjawab lagi "Udah, kalau enggak mau enggak usah! Silahkan aja nunggu di sini. Kami mau jalan."

Saya terdiam. Untuk pertama kalinya saya sangat marah,sampai tidak bisa berkata-kata. Dua orang yang menurut saya tidak punya hati sama sekali. Di kepala mereka cuma ada uang! Dan sungguh-sungguh saya berdoa,mereka masuk neraka! SUNGGUH!

Saya akhirnya menyerah. Saya iyakan, mobil saya pun diangkut. Sepanjang perjalanan, si gendut yang mengendalikan mobil saya mengajak saya bicara, yang tentu saja tidak saya timpali. Tapi saya ingat,mereka petugas yang hari itu, Rabu, 18 Agustus 2010 bertugas di ruas tol DalamKota (Halim-Pluit) sekitar pukul 11 hingga 12 siang. Anda yang punya kenalan atau bekerja di Jasa Marga seharusnya bisa melacak keberadaan dua orang itu.Plat mobil Dereknya saya lupa, tapi seri akhirnya JW. Saya sudah terlalu marahuntuk mengingat hal-hal kecil tapi penting itu. Ketika akhirnya tiba di bengkel pun, saya hanya memberikan uang itu ke mereka, tanpa melihat mukanya. Saya muak!

Intinya, ENGGAK ADA TUH YANG NAMANYA DEREK GRATIS JASA MARGA SAMPAI GERBANG TOL TERDEKAT!!! ENGGAK ADA!! ENGGAK ADA HITUNGAN BAKU YANG DITERAPKAN DI DEREK JASA MARGA BERLAKU DI JALAN TOL!! JANGAN BERDOA AGAR DEREK DATANG MENYELAMATKAN MOBIL ANDA KETIKA MOGOK DI JALAN TOL. BERDOA DAN BERUSAHA SUPAYA SAJA MOBIL ANDA SELALU TERAWAT BAIK. JANGAN PERCAYA SPANDUK RAKSASA DI SETIAP RUAS TOL YANG BILANG "DEREK GRATIS JALAN TOL". KARENA SEMUA OMONG KOSONG BESAR!!!!

Senin, Agustus 16, 2010

1000 Stars Project


Sebenarnya, aku sudah melakukan ini beberapa tahun lalu, sewaktu masih jadi anak kost di Jogja. Membuat 1000 bintang kertas warna-warni. Untuk apa? Alasan pertama, iseng dan buat bahan killing time. Alasan kedua, kalau kata orang Jepang, setelah bintang-bintang itu genap berjumlah 1000, maka si pembuat berhak untuk mengajukan satu permintaan yang niscaya akan dikabulkan kelak. Percaya enggak percaya, tapi worth tryin for.

So, here i am. Doing and crafting 1.000 paper stars. Started on Friday, August 13th, and i don't know when will i finish. Since i'm working on this stars project at my office cubicle, my friends also gave some help. some of them already addicted! hahaha..One of my co-worker even bought me a nice and more solid papers. So happy.

This is day #2 (exclude weekend of course) i'm making these stars, and i've reached 194 stars already. Okay...let's go to 1.000! :)))