Minggu, Juli 19, 2009

After The Bomb....

17/07/09 ; 07.47 AM -- 2 bombs at 2 places, JW Marriott and Ritz Carlton, Jakarta...

Pagi itu....
Aku baru saja bangun dari tidur ketika menerima kabar menghebohkan itu. Bukan dari TV, bukan dari radio, tapi dari Facebook. Setelah melihat coverage di TV, aku enggak bisa berhenti untuk merasa kesal, marah, sekaligus sedih yang luar biasa. Apalagi ini???

Siang itu....
Sepanjang hari memantau hasil liputan melalui live report di berbagai stasiun TV. Yah, paling tidak, satu-satunya pihak yang diuntungkan di saat genting seperti itu adalah stasiun TV. Dijamin, rating dan share melambung tinggi di setiap detik live report itu. Lagi, lagi, yang terasa hanya amarah sekaligus pertanyaan yang membuncah. KENAPA?? Semakin tercengang, ketika harus menerima kabar kepastian pembatalan kedatangan si 'Setan Merah'. Empatiku melayang bersama hancurnya keinginan puluhan ribu pemegang tiket yang seharusnya sudah bisa duduk tenang melafalkan teriakan "INDONESIA!!" di bangku stadion Gelora Bung Karno, hanya dua hari berselang....

Sore itu....
Terganggu sekali dengan pihak-pihak yang lagi-lagi membuat kisruh keadaan yang sudah kisruh. Ada yang tersinggung dan menyerang balik, ada yang mengambil kesempatan untuk curhat di televisi nasional, ada yang kege-eran dan merasa tertuduh, ada yang merasa perlu menggelar jumpa wartawan untuk menanggapi curhatan (entah sedang menyandang kapasitas sebagai apa), ada yang masih bermimpi dan mengira hari itu masih dalam masa kampanye, ada yang menuturkan rasa prihatin lantas meminta penjelasan dari Presiden sebagai kepala pemerintahan (di depan kamera juru warta tentunya, dan sekali lagi, entah mewakili siapa). Semua menari dan mencuri kesempatan untuk kembali eksis di atas luka dan penderitaan 50 org yang masih terkapar di banyak Rumah Sakit...

Malam itu....
Miris...ketika harus melihat kantung-kantung jenazah mulai terkumpul. Miris berubah geram ketika melihat wajah yang diduga pelaku sudah bisa diidentifikasi. Bahkan tanpa basa-basi dan tanpa sensor, internet menghidangkan wajah teroris sialan itu. Sedang yang sudah tak berkepala, teronggok begitu saja. Yah, memang sudah seharusnya dia teronggok terabaikan. Aku masih berfikir keras, apa yang dipikirkannya, sampai berani merelakan nyawa demi amarah dan dendam tak beralasan. Sepertinya hanya dia, mentornya, dan Tuhan yang tahu. Sungguh, aku berduka, sekaligus merasa kasihan sekali. Kasihan terhadap orang-orang yang tidak cukup memiliki iman dan kepercayaan diri untuk berdiri di jalur yang benar. Kasihan pada orang-orang yang sungguh tidak bisa mengerti indahnya perbedaan. Ampuni mereka Tuhan, ampuni kami, karena terkadang, mereka dan kami, tidak tahu apa yang sudah kami perbuat...

Dini hari setelahnya....
Aku memutuskan membelokkan motor dan melewati JW Marriott dan Ritz Carlton dini hari itu..Dari kejauhan, semua terdengar sepi dan senyap, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Puing-puing dan garis polisi masih jelas terpasang. Aku berhenti sejenak dan memandang dari kejauhan. Ledakan yang mungkin hanya berlangsung dalam hitungan detik itu, sudah menghancurkan apa yang sudah susah payah dibangun selama bertahun-tahun. Hancur sudah....Aku pun berlalu, melaju menuju rumah dengan kepala yang penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab....

Pagi hingga malam, satu hari setelahnya....
Memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa dan bepergian kemanapun. Bukan takut dengan status SIAGA 1. Hanya sedang tidak bergairah...Cuma bisa melihat prosesi persemayaman Tim McKay dari TV..my deepest condolences for the family and collegues....Forgive us for not being good to you..

Minggu pagi, dua hari setelahnya....
Duduk di bangku gereja, terdiam dan meneteskan air mata ketika harus diingatkan dengan kejadian itu. Hari itu, tak seperti biasanya, aku bergereja dengan kawalan belasan penjaga keamanan. Harus melewati ring-ring pemeriksaan yang tidak biasa. Bahkan seekor anjing raksasa berwarna hitam berjaga di lorong menuju gedung gereja. Jadi ini kah, pengamanan yang terlambat itu? Seketika semua menjadi super waspada..Pagi itu, pesan perdamaian disampaikan melalui lagu-lagu yang dibawakan. Ketika berdoa, aku menyelipkan satu kalimat kecil di doaku, memohon dengan sangat pada Tuhan "Let there be peace and glory on earth, God...." Dan setelah itu, Psalm 27 : 1 menjawab semua kegelisahan...Kalau Indonesia bisa melewati begitu banyak halangan, masalah, konflik dan cobaan-cobaan luar biasa, maka sepertinya sudah tidak ada lagi sesuatu yang lebih besar yang bisa mengguncang negara ini. Kita sudah melewati semua yang terburuk, dan berhasil. Mungkin ini cara-Nya untuk membalikkan semua....Karena itu, semoga rasa takut dan cemas menyingkir...BECAUSE WE ARE NOT AFRAID.....

Rabu, Juli 15, 2009

Lentera Jiwa....

Ada yang tahu atau pernah mendengar lagu ini? Yup, ini lagu kepunyaan Nugie, judulnya Lentera Jiwa. Sebenarnya sudah lamu aku mengetahui keberadaan lagu ini. Tapi eventually, baru tadi pagi aku melihat video klipnya untuk pertama kali. Ya, sekarang ritual mengawali hari agak sedikit berbeda memang. Bangun tidur, matiin AC, ke kamar mandi, cuci muka, minum air putih buka pintu depan, trus duduk selonjoran di depan TV, dengan handuk melingkar menunggu otak cukup waras untuk bertemu dengan air..

Well, kok jadi ngelantur...Jadi, ceritanya, tadi pagi baru ngeliat video klipnya Nugie. Great clip! Simple but full of statement! Kalau yang udah pernah dengar, pasti ngerti kalau lagu ini nyeritain soal bagaimana orang akhirnya bermuara di impian akhir setelah melalui proses pencarian yang lumayan lama.. Video klip lantas digarap dengan menggunakan eberapa model, dari latar belakang profesi yang berbeda-beda. Tiap orang menggengam sebuah statement pada sebuah kertas di dada mereka, yang menunjukkan latar belakang mereka dulu dan sekarang. Beberapa statement yang ada seperti : Indra, fotografer, lulusan Matematika atau Indah, presenter infotainment, S-1 Arkeologi, atau Tomy, animation director, asli lulusan Teknik Mesin, atau Rio, arsitektur, sudah tahu akan menjadi apa nanti.

Intinya sih sederhana, bagaimana mengetahui apa yang loe mau, dan berjuang untuk itu, tanpa peduli latar belakang loe apa.
Karena mimpi itu terlalu besar untuk hanya diragukan oleh sebuah halangan nggak penting. Mimpi itu terlalu besar untuk diganggu 'hanya' dengan satu dua kegagalan. Setiap detik aku berusaha untuk menjadi seperti itu. Dan, dengan bangganya, sekarang, aku bisa bilang kalau aku sudah dalam jalur yang benar. Jalur menuju impianku....

Dari kecil, aku sudah membayangkan aku akan bekerja dan menjadi profesional di bidang ini. MEDIA. Meski belum tahu akan menjadi apa, sejak kecil aku seperti sudah punya bayangan. Dan sejak itu, yang bisa kuingat, aku cukup fokus. Ketika memutuskan untuk kuliah di Komunikasi, aku ditertawakan banyak orang. Maklum, waktu itu, komunikasi belum se-ngetop sekarang. Yang ada di otak keluarga besarku, kuliah itu cuma ada Kedokteran, Ekonomi, atau Teknik. Di luar itu, bukan kuliah katanya. Tapi dengan tekad bulat, aku memutuskan untuk mengambil jurusan itu. dan aku tidak salah, karena memang itu lah yang aku inginkan....

Sejak saat itu pula, tujuan hidupku lumayan jelas. Tapi setelah kuliah, agak sedkit bimbang, karena idealisme ternyata tidak bisa berjalan seiring dengan tuntutan ekonomi. sembilan bulan lamanya, aku mengubur idealisme itu untuk bekerja di bidang yang tidak pernah aku bayangkan. PERBANKAN! So lame...Tapi aku yakin, pasti ada jalan, dan aku juga mengerti, semua butuh pengorbanan, termasuk untuk meraih mimpi...

Doaku terkabul....aku bisa kembali di jalur yang benar..Dan sekarang malah menjadi semakin lebih baik...Makanya, tadi pagi, waktu melihat dan mendengar lagu Lentera Jiwa, aku seperti diingatkan untuk bersyukur..Bahwa pencarianku sudah mendekati akhirnya...Aku mengerjakan sesuatu yang aku cintai..Dan aku bisa bergabung dengan sedikit orang yang juga melakukan hal yang sama. Mencintai apa yang mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang mereka cintai. Dan ketika itu sudah kau genggam, yang kau cintai itu, akan secara otomatis menjadi Lentera Jiwamu...Lentera Jiwaku....^.^

LENTERA JIWA (Nugie)

Lama sudah kumencari Apa yang hendak kulakukan
Sgala titik kujelajahi
Tiada satupun kumengerti
Tersesatkah aku di samudra hidupmu
Kata-kata yang kubaca
Terkadang tak mudah kucerna
Bunga-bunga dan rerumputan
Bilakah kau tahu jawabnya Inikah jalanku inikah takdirku
Kubiarkan kumengikuti suara dalam hati
Yang slalu membunyikan cinta
Kupercaya dan kuyakini murninya nurani
Menjadi penunjuk jalanku
Lentera jiwaku




Jumat, Juli 10, 2009

AKU (cuma) TAKUT.....



Beberapa bulan terakhir, aku memang agak malas..bukan agak lagi, tapi sangat malas jika harus berhadapan dengan topik jodoh, pacar, pernikahan dan semua antek-anteknya. Aku pribadi, nggak pernah bisa menemukan definisi dari semua itu. Gak peduli apa 'bungkus'nya, tetap saja tema soal semua itu tidak mengenakkan terdengar di hati...

Kalau mereka yang mengetahui riwayat asmaraku beberapa tahun terakhir pasti bisa memaklumi semuanya. Dulu aku sempat berkelakar, bahkan novel Siti Nurbaya yang tragis pun nggak bisa menyaingi semua kisah asmaraku yang tragis..Awalnya semua bahagia, tapi somehow, semua berakhir dengan ketragisannya masing-masing...

Delapan tahun, delapan tahun! aku menghabiskan waktuku dengan seseorang yang bahkan sulit untuk didefinisikan sebagai pacar..Kami tidak pernah mendeklarasikan apapun..karena selama 8 tahun, hanya aku, dia dan Tuhan yang tahu apa yang kami jalani. Aku tidak bisa menyebut 8 tahun itu sebagai sebuah kesia-siaan, karena toh, banyak yang didapat, banyak pula yang harus dilepaskan...Mengingatnya pun membawa perasaan aneh yang nggak bisa kudefinisikan..aneh aja...Mungkin gejolak darah muda membutakan segalanya, karena memang hubungan itu tidak akan mungkin bisa berakhir bahagia, sesuatu yang sudah kami tahu sejak awal..Tapi sekali lagi, dengan alasan cinta buta, kami menjalaninya...8 tahun...Hingga suatu hari, akhirnya akal sehat kami bisa mengalahkan perasaan. Dan ketika kami merasa sudah saatnya berpisah dari saling ketergantungan itu, kami sepakat berpisah..Sayangnya, kami butuh 8 tahun untuk menyadarinya...Sesuatu yang tidak kuanjurkan untuk siapapaun..tapi aku tidak menyesal, tak sedetik pun...Tapi, sedikit terlintas, andai saja semua bisa lebh baik untuk kami berdua...Seandainya kami bisa menembus tembok-tembok itu, pasti kami akan baik-baik saja sampai sekarang..Tapi sekali lagi, aku tidak pernah menyesal....Karena aku memang pernah mencintainya...Dan aku tahu, dia pun pernah merasa yang sama...

Dia, lelaki yang sudah mengisi separuh umurku itu...berbicara denganku beberapa hari lalu, membicarakan kemungkinan dia menikah tahun ini. Jujur, reaksi yang pertama kali aku lontarkan yah pasti kaget. Dia, lelaki yang pernah berkata akan menjadikanku istrinya jika semua mudah bagi kami, akan menikah dengan perempuan lain...I knew it was gonna happen..i just didn't expect that it would be this fast...Yang kupikirkan adalah :"Oh God, he's trully are moving on..."

Seharusnya ini tidak menjadi masalah untukku. Seharusnya aku sudah berjanji untuk bahagia atas semua hal yang bikin dia bahagia. Tapi kegagalan yang kualami setelahnya yang membuat aku merasa 'kalah'....

Tak lama setelah aku menyudahi cerita cinta 8 tahun dengannya, aku bertemu laki-laki lain. Lelaki yang entah datang darimana, begitu saja masuk ke kehidupanku...Di waktu yang tepat, di moment yang tepat, dan orang yang tepat. Begitu selalu yang kutanamkan di hatiku sejak pertama kali bertemu dengan lelaki ini...Hari berganti bulan, bulan berganti tahun..semua terasa sangat cepat, sangat mudah...dan hampir menuju kenyataan..Sampai berita itu menghantamku. Tepat di saat aku sudah akan bersiap-siap menuntut kejelasan atas apa yang kami jalani selama setahun lebih. Kenyataan bahwa dia terlibat dengan percintaan sesama jenis dengan seorang temanku yang lain, sungguh mematahkanku. Aku patah. I WAS BROKEN. Broken in to thousands pieces...Aku nggak bisa memikirkan kejadian yang lebih tragis daripada itu. Bahkan ketika harus menyudahi hubunganku yang 8 tahun itu, tidak terasa seberat dengan yang satu ini. Somehow, aku diliputi rasa bersalah luar biasa, bercampur marah, dendam dan cinta. Aku baru tahu, kalau kau mencampurkan semua perasaan itu, muaranya tentu SAKIT JIWA. Aku meng-klaim, jiwaku benar-benar sakit waktu itu. Aku butuh waktu cukup lama untuk bisa berdiri tangguh, mengeringkan airmata, mengelus dada dan berkata : "SCREW YOU!!!"...

Dan dikala semua itu bisa aku lakukan...di kala pekerjaan menyita banyak waktu dan pikiranku dari semua urusan yang berkedok asmara, perasaaan lain menyerangku..Perasaan yang bahkan aku sendiri tidak bisa mendefinisikan. Tapi setelah aku cerna...tahukah kalian apa yang kurasakan? AKU TAKUT...

AKU TAKUT...aku tak sekuat itu, ketika harus mendengar seorang pria yang pernah mengisi separuh umurku akan menikah dengan perempuan yang tidak aku sukai...Dan nyatanya, aku memang tidak sekuat itu....

AKU TAKUT...rasa trauma yang kualami dengan pria yang berubah menjadi gay itu akan menghantui semua hubunganku dengan pria-pria selanjutnya..Dan nyatanya, aku memang trauma.. He had hurt me so badly...sakit sekali, sampai ke palung hati terdalam..luar biasa...

AKU TAKUT..karena harus menghadapi kenyataan bahwa aku sendirian, tanpa seseorang yang bisa menopangku ketika aku jatuh...dan nyatanya, itu yang terjadi. Aku sendirian...Tanpa tahu apa yang aku mau...

AKU TAKUT..aku menyalahkan Tuhan karena keadaaanku dan semua masa lalu yang menghantuiku..Dan nyatanya, aku memang menyalahkan Tuhan..ampuni aku, tapi itulah ketakutan yang menjadi kenyataan..Aku sudah tidak ke gereja....aku lupa rasanya berdoa..aku bahkan sempat mempertanyakan keberadaan Tuhan di hidupku...

AKU TAKUT..aku tidak bisa memenuhi harapan orangtua dan keluargaku untuk membangun rumah tangga dengan seseorang yang mencintai aku...Kalian pikir aku nggak mau???? I WOULD LOVE TO...tapi masalahnya, BELUM ADA!!!! Dan nyatanya, aku pun tidak bisa memberikan pembelaan diri yang baik soal ini ke semua orang yang bertanya soal statusku..AKU CAPEK...

Dan tadi siang, aku menerima telepon dari seorang yang mungkin baru dua kali bertemu denganku dan dia langsung bertanya : "Kau udah punya pacar belum? Ada laki-laki yang mau aku kenalkan.." Aku cuma bisa bengong dan menghela nafas panjang..Akhirnya saat itu tiba juga, saat dimana semua orang berempati dan berjuang keras menjadikan jodoh untukku...Untuk pertama kalinya aku menjawab tanpa ego.."Ya udah, kasi aja nomor teleponku..."

Aku tidak melacurkan diriku..aku tidak memohon untuk orang menjadikanku pasangan mereka...aku bukan pungguk merindukan bulan...AKU HANYA TAKUT.......

I'M AFRAID...THAT MAYBE SOMEDAY...I WOULD ENDED UP BEING ALONE......

itu saja...