Sebenarnya saya sudah tidak mau mengingat-ingat peristiwa ini. Mungkin sepele, tapi efek peristiwa ini cukup membuat saya sedikit trauma dengan pelayanan Jasa Marga lewat fasilitas jalan tol nya. Tapi, saya rasa,banyak orang yang harus tahu, supaya ketika mereka membaca ini, mereka tahu harus berbuat apa.
Rabu (18/08), seperti biasa saya pergi ke kantor denganmenggunakan mobil pribadi. Seperti biasa pula, saya melewati jalur 'maut', dari Jatibening (rumah saya) ke Kebon Jeruk (kantor saya). Setiap hari, saya harus masuk tol Pondok Gede Timur (bayar 1.000), dilanjutkan masuk ke tol Dalam Kota(bayar 6.500). Macet sudah pasti jadi makanan sehari-hari. Yang terparah,setelah keluar gerbang tol Halim karena penyempitan jalur. Bayangkan, dari sekitar7 gerbang tol, menyempit jadi 4! Tapi saya cukup tabah, karena toh, sudah setiap hari melewati jalur itu.
Kalau sedang beruntung, perjalanan bisa saya tempuh hanya dengan waktu 45 menit. Kalau lumayan lancar, sekitar 1 jam. Kalau macet, 1,5 jam. Kalau macet banget 2-2,5 jam. Kalau macetnya minta ampun, 3 jam. Rekor terlama saya menempuh Jatibening-Kebon Jeruk adalah 4 jam!
Walaupun namanya jalan tol, jalan bebas hambatan, tapi saya sudah melupakan definisi itu. Tidak mungkin bebas hambatan, kecuali Anda melewatinya pukul 3 dini hari! Makanya, saya termasuk orang yang paling kesalketika mengetahui tariff tol naik. Sistem tidak bekerja dengan baik, tapi maunya naik naik naik melulu.
Hmm..saya belum sampai ke poin utama tulisan saya, tapi saya sudah emosi. Maaf. Hmmm...oke, begini ceritanya. Rabu itu, saya berangkat dari rumah sekitar pukul 10 pagi. Di luar dugaan, sampai setelah gerbang tol Pondok Gede Barat, jalanan masih lancar. Setelah Jatiwaringin, mulai tersendat, tapi lancar. Akhirnya sampai di gerbang tol MAUT, gebang tol Halim. Saya sudah stuck sejak antri sebelum pembayaran di gerbang tol. Tapi, saya berhasil melewati gerbang tol dalam waktu hampir sejam (padahal jarak yang ditempuh cuma sekitar 500 m!).Tapi lagi-lagi, saya ikhlas.
Sebenarnya, tidak ada masalah di mobil saya. Semua dalam kondisi baik. Tapi hari itu, saya memang mengisi bensin Premium, karena memang kondisinya sudah hampir habis. Tapi saya tidak tahu, kalau itu jadi awal bencana saya hari itu. saya terkena dampak bensin yang katanya tidak murni, ada semacam gel yang terkandung di Premium, yang membuat tractor bensinnya ngadat dan bensin tidak memompa dengan baik. (Sumpah, sejak saat itu saya enggak mau ngisi Bensin Premium! NEVER!)
Kembali ke gerbang tol maut, setelah hampir 1,5 jam stuck di gerbang tol Halim, tiba-tiba mesin mobil saya mati. Untungnya, saya berada di lajur paling kanan jalan tol itu. Saya panik, karena seumur-umur belum pernah mogok di tengah jalan, apalagi jalan tol! Saya coba starter beberapa kali,tetap mati. Akhirnya saya keluar, coba membuka kap mesin, cek radiator dan lainnya yang saya masih paham. Tapi saya enggak tahu apa pangkal masalahnya.Saya panik!
Saya putuskan adik laki-laki saya yang lebih paham tentang mesin mobil. Tapi tidak menolong juga. Waktu itu matahari panasnya minta ampun. Panik bercampur bingung, saya tidak tahu harus bagaimana. Puluhan klakson jelas-jelas diarahkan ke saya dan mobil saya yang malang. Semua marah karena otomatis lajurdimana saya berhenti jadi tidak bergerak sama sekali. Saya mau menangis waktu itu. Saya tidak tahu harus bagaimana, jadi saya masuk mobil dan benar-benar mau menangis.
Setelah menunggu hampir setengah jam, tiba-tiba ada mobil Derek Jasa Marga yang mendatangi saya. Rasanya senang sekali. Saya keluar, dan dua orang petugas menghampiri saya. Saya ingat jelas, di sisi mobil Derek ada tulisan "DEREK GRATIS SAMPAI PINTU KELUAR TERDEKAT". Saya senang sekali.
Setelah petugas pertama (Saya lupa mencatat namanya. Badannya gemuk, rambutnya lurus dengan seragam Jasa Marga oranye yang kumal sekali) memeriksa mesin mobil saya. Dia bilang ada masalah dengan Fuel Pump, alias pompa yang seharusnya memompa bensin naik ke atas. Jadi, kesimpulannya,tidak ada bensin yang mengalir dari tangki ke mesin. Itu diagnosanya.
Saya bingung, tidak mengerti apa-apa. Akhirnya saya minta tolong agar mobil saya diderek saja, supaya saya cari bengkel. Tapi, di luar dugaan, dia dengan santainya berkata "Ya, saya bisa antar sampai pintu keluar terdekat, Pancoran, biayanya 50.000. Kalau sampai bengkel tujuan, tergantung di mana bengkelnya." Posisi saya saat itu tidak jauh dari Gerbang Tol Halim arah ke Cawang. Saya bilang "Bengkel langganan saya ada di Jatibening. Kalau saya mau diantar sampai ke sana,berapa bayarnya?". Setelah berdiskusi dengan rekannya (bapak-bapak tua memakai topi, beruban dan kurus. Lagi-lagi saya lupa mencatat namanya), dia menyebutkan harga. "Sampai Jatibening 375.000"
Dalam hati saya berpikir "Kampret! Mahal banget!". Tapi saya lantas berkata "Kok mahal? Bukannya gratis ya? Kalau gitu, saya mau diantar saja sampai Pancoran, kan itu gerbang keluar terdekat. Dari sana, biar saya dijemput adik saya." Eh, diluar dugaan si petugas gendut itu membalas saya "Enggak bisa Mba. Kalau kami antar keluar, berarti di arteri Pancoran,nanti Mba bakal diderek lagi ama Derek Polda. Kalau Polda, berarti dibawa ke Komdak. Bayarnya bisa 500 ribu. Atau Mba diangkut ama Derek Ambon, dibawa ke UKI, bayarnya segitu juga." Sumpah, saya enggak tahu apa itu Derek Ambon! "Kalau mau, kami antar ke bengkel Toyota di Saharjo, ya 350.000 lah." Tapi saya bersikukuh, "Antar saja saya ke Pancoran, nanti ada bengkel di sana, saya tahu ada bengkel di sana." Eh, dia menjawab "Enggak ada bengkel di sana.Kami enggak mau nyari-nyari bengkel. Kalau gitu, bayarannya nambah."
Lalu saya jawab "Oke. Kalau gitu, saya tunggu saja di sini. Saya telepon montir saya, nanti kalau dia udah periksa mobil saya, biar saya telepon Derek lagi." Si gendut menimpali lagi "Mba enggak bisa nunggu di sini.Nanti di Derek Ambon. Kalau udah di tangan Ambon, kami enggak bisa apa-apa." Bingung kan? "Lah, kan kalian Derek resmi? Mana mungkin Derek lain bisa masuk jalan tol? Kan udah dilarang?". Tapi dia menjawab itu bisa saja terjadi. Di titik itu, saya tahu, dia menakut-nakuti saya.
Saya kesal. Saya mencoba menelepon nomor telepon resmi Derek jasa Marga. Saya ceritakan masalah saya dan posisi saya berada waktu itu, sekaligus menceritakan soal biaya yang dibebankan dua lelaki sialan itu ke saya. Dari petugas di ujung telepon itu, saya tahu, bahwa rumus perhitungan Derek tol jasa marga yang sebenarnya adalah seperti ini : Pengangkutan pertama biayanya Rp 100.000, nah setelah itu, per kilometer dihitung Rp. 8000. Nah, kalau saya hitung, biaya Derek sampai keluar gerbang tol terdekat (Pancoran) seharusnya gratis. Lantas, dari Pancoran ke Jatibening jaraknya 14 km. Kalau dikalikan 8.000 berarti totalnya 112.000, ditambah100.000 di awal, maka seharusnya biayanya 212.000. Itu yang benar! Saya ikhla smengeluarkan biaya segitu! Enggak apa-apa!
Saya sudah menginformasikan harga itu ke petugas Derek yang dua orang ini, tapi mereka tetap bersikukuh di harga 375.000. Saya bilang, saya enggak bawa banyak uang hari itu. Dan saya coba segala cara untuk berkompromi. Iseng saya bertanya lagi, "Kalau saya cuma mau dibawa ke Pancoran, kan itu gerbang tol terdekat. Gratis kan?" Dengan seenaknya si gendut itu menjawab "Enggak Mba. Tetap ada biaya 50.000. tapi Mba bakal di Derek polda..bla..bla...bla..," katanya mengulangi statement pertama. Saya muak!
Saya menyerah. Saya kepanasan, disoraki orang-orang lewa tklakson. Saya benci sekali hari itu. Saya benci! Saya akhirnya bilang, saya mau bayar 250.000. Eh, seenaknya (lagi) mereka menjawab "Ya udah. 300.000 udh paling mentok. Kalau enggak mau, kami jalan." Sumpah, kalau ada tenaga, saya ingin tonjok muka dua orang itu. Tapi saya mencoba untuk tetap berkepala dingin. Saya minta waktu berpikir. Tapi mereka menjawab lagi "Udah, kalau enggak mau enggak usah! Silahkan aja nunggu di sini. Kami mau jalan."
Saya terdiam. Untuk pertama kalinya saya sangat marah,sampai tidak bisa berkata-kata. Dua orang yang menurut saya tidak punya hati sama sekali. Di kepala mereka cuma ada uang! Dan sungguh-sungguh saya berdoa,mereka masuk neraka! SUNGGUH!
Saya akhirnya menyerah. Saya iyakan, mobil saya pun diangkut. Sepanjang perjalanan, si gendut yang mengendalikan mobil saya mengajak saya bicara, yang tentu saja tidak saya timpali. Tapi saya ingat,mereka petugas yang hari itu, Rabu, 18 Agustus 2010 bertugas di ruas tol DalamKota (Halim-Pluit) sekitar pukul 11 hingga 12 siang. Anda yang punya kenalan atau bekerja di Jasa Marga seharusnya bisa melacak keberadaan dua orang itu.Plat mobil Dereknya saya lupa, tapi seri akhirnya JW. Saya sudah terlalu marahuntuk mengingat hal-hal kecil tapi penting itu. Ketika akhirnya tiba di bengkel pun, saya hanya memberikan uang itu ke mereka, tanpa melihat mukanya. Saya muak!
Intinya, ENGGAK ADA TUH YANG NAMANYA DEREK GRATIS JASA MARGA SAMPAI GERBANG TOL TERDEKAT!!! ENGGAK ADA!! ENGGAK ADA HITUNGAN BAKU YANG DITERAPKAN DI DEREK JASA MARGA BERLAKU DI JALAN TOL!! JANGAN BERDOA AGAR DEREK DATANG MENYELAMATKAN MOBIL ANDA KETIKA MOGOK DI JALAN TOL. BERDOA DAN BERUSAHA SUPAYA SAJA MOBIL ANDA SELALU TERAWAT BAIK. JANGAN PERCAYA SPANDUK RAKSASA DI SETIAP RUAS TOL YANG BILANG "DEREK GRATIS JALAN TOL". KARENA SEMUA OMONG KOSONG BESAR!!!!
8 komentar:
BETUL 1000%..tidak ada derek jalan tol gratis, yang ada adalah pemerasan terhadap orang yang sedang butuh pertolongan. Tapi sejujurnya saya kasihan terhadap mereka yang memeras, karena sesungguhnya uang yang mereka terima adalah uang hasil pemerasan, uang haram, uang tidak berkah, uang yang terpaksa diberikan karena terpaksa, bukan dengan keikhlasan. Heran..kok jasamarga gak mampu mengatasi kecurangan pegawainya.
Saya juga hari ini abis pake derek, mogok di cipularang km 119. Dereknya jasa marga. Alhamdulillah orangnya baik-baik (mungkin juga soalnya itu mobil derek dipanggilin sama petugas patroli jalan tol, jadi bukan dia 'nemuin' saya). Dia bilang gratisnya sampe gerbang tol terdekat (padalarang timur). Trus dia bilang kalo ongkos derek yang benernya itu begitu 'angkat' mobil Rp. 145rb, trus Rp.10rb perkilo. Tadinya dia minta 400rb, saya tawar 200 dia ga mau, maunya 350. akhirnya saya bilang saya cuma punya uang 300rb itu pun udah harus bayar tol. jadi akhirnya saya bayar 260rb smp bengkel saya (ga jauh dari gerbang tol pasteur sih). Begitu sampe rumah saya baca2 di internet ttg derek2 liar ternyata jauh menyeramkan.. Saya jadi bersyukur sekali tadi yang datang derek resmi. Lepas dari bahwa tarif dia mungkin ga resmi, tapi seenggaknya saya ga kena peras berjuta2 seperti cerita derek2 liar itu (mungkin maksudnya si derek ambon itu kali..)
Hari ini saya juga pake derek jasa marga. Mobil kehabisan bensin di akses keluar tol halim. Kebetulan mobil saya berhenti dekat dengan derek resmi jasa marga, tapi posisinya di dalam tol (dalam pagar tol). Saya teriak menanyakan apakah mereka punya bensin cadangan, ternyata mereka tidak punya. Sambil mikir saya harus ngapain, ga berapa lama kemudian datang mobil derek warna biru. Yang turun berwajah ambon dengan tato di tangan kanan, badannya tinggi & kekar (jadi ini yang dimaksud derek ambon). Dia mendekat ke mobil, menanyakan kondisi mobil. Saya jawab hanya kehabisan bensin. Dia menawarkan derek sampai ke SPBU cililitan, tp saya menolak. Saya bilang sedang menunggu teman. Dia memaksa dengan nada agak marah. Saya dengan tegas tetap bilang tidak (sambil mendekatkan tangan kiri ke gembok setir di kursi sebelah.. hehehe jaga-jaga aja). Akhirnya dia pergi juga, mungkin karena ada derek resmi yg menyaksikan atau dia takut sama saya hehehe...(kalo badan sih ga kalah gede). Setelah si derek ambon pergi saya komunikasi lg dengan petugas derek jasa marga. Dia bilang untuk tungguin mereka, mereka putar dulu di pancoran. Setelah hampir 30 menit mereka datang, dan mobil saya ditarik ke SPBU Halim. Jaraknya mungkin hanya sekitar 1 km. Sambil jalan saya tanya ke petugas yg mengendalikan mobil saya, berapa biayanya krn saya harus beli bensin juga. Dia bilang kita ga memaksa kok ga seperti derek ambon tadi, nanti sama sopirnya aja. Begitu sampai SPBU saya ga pake nego langsung ngasih sopirnya Rp 100 ribu dan bilang terima kasih. Sepertinya dia puas karena ga terlalu jauh. Bagi saya uang segitu cukup wajar daripada berurusan dg derek ambon tadi.
Mau ikut sharing....
Saya pernah juga mogok di jalan tol taman mini...dari arah cibubur menuju jakarta..
Setelah mogok ada patroli menghampiri, setelh bicara2 petugas menawarkan untuk mebantu memperbaiki tapi ternyata mobil tetap tdk bisa hidup. Lalu petugas menghubungi pusat komunikasina meminta untuk dikirimkan derek. Saya bertanya, gratis atau tidak. Petugas bilang GRATIS SAMPAI PINTU TOL TERDEKAT ATAU BENGKEL TERDEKAT. Waktu itu pintu terdekat adalah keluar menuju Hek, Taman Mini, Pinang Ranti dll (yg sy tau di situ memang banyak bengkel). Tidak sampai 15 menit derek datang. Menanyakan mau dianter kemana. Saya minta diantar ke bengkel saya di Sunter. Petugas derek menawarkan tarif tertentu, juga disampaikan bahwa PELAYANAN GRATIS hanya sampai PINTU TOL TERDEKAT ATAU BENGKEL TERDEKAT. Saya pikir itu masih wajar. Mereka juga sampaikan bahwa solar yang diberikan perusahaan untuk jasa derek gratis hanya diperuntukan di wilayah kerja mereka(dlm hal ini dari bogor sampai cawang saja), di luar itu tidak ada. Akhirnya kita sepakat membawa ke Sunter dengan nilai 300 rb. Saran saya untuk pengelola jalan tol, mungkin perlu disampaikan transparan jadi tidak timbul prasangka pungutan di luar kendali.
Barusan juga mobil saya baru diderek, mba. Dari cawang sampai kelapa gading 500rb. Pusing bener2, tapi udah tahu sih cerita dari orang2 biasanya derek dipatok harga segitu.
Ngobrol2 sama supir dereknya, dia bilang derek jasa marga itu bukan milik jasa marga, walaupun ada embel2 jasa marga. Derek-derek resmi itu adalah perusahaan yang dikontrak jasa marga.
Jadi si petugas derek itu bukan karyawan Jasa Marga. Kata dia sih perusahaan derek dia tidak memberikan gaji. Jadi seperti "meminjamkan" mobil derek. Si petugas jadi pasang tarif sendiri, yang akhirnya 70% pendapatan harus disetor ke perusahaan.
BBM derek juga isi sendiri, tidak dibayar perusahaan. Sama saja seperti angkot.
Sekali tarik misalkan 500rb. Si petugas cerita rata2 sehari dapat 7 mobil. Mereka kalau tugas berdua dan hanya bekerja 2 hari, lalu 2 hari lagi off. Jadi kira2 bisa dapat 5 juta sebulan minus biaya BBM.
Mungkin bisa saja dia cerita bohong sih, tidak tahu juga. Tapi menurut saya cukup masuk akal sih kalau kondisinya ternyata begitu.
Dear All...
Mau ikut share...hari ini saya juga terkena masalah mobil mogok di tol Kemayoran
Saya amat bersyukur karena di tolong derek resmi dari PT CMN yang katanya derek resmi dari tol wiyoto wiyono
saya bukan pegawai dari PT tsbt, cuma dari pengalaman saya hari ini saya amat berterimakasih kepada petugas PT CMN (pak Koko) krna beliau men derek mobil saya dari kemayoran ke jatiwaringin tanpa meminta biaya sepeserpun
terimakasih pak...semoga derek resmi jalan tol tetap bersih dari sifat tercela
Salam,
Pengalaman saya waktu mogok di Tol Cipali km 158 arah Jakarta, pada Hari Senin, 4 Oktober 2016. Saat itu saya baru pulang dari Ngawi Jawa Timur bersama istri, tiga orang anak, seorang asisten rumah tangga dan Mbah. Jam menunjukkan sekitar jam 11.30, tiba-tiba mesin mobil Terios saya mati dikecepatan 80 km/jam. Saya langsung menepikan kendaraan saya, dan mencoba menstater mesin tapi tetap tidak bisa hidup. Saya langsung browsing di Android no tlp derek jasa marga, dan diterima oleh operator dan akan dikirim petugas ke lokasi. Sekitar 30 menit 2 petugas jasa marga datang, setelah dibantu pengecekan dan mesin tidak bisa hidup, diputuskan memanggil derek. Setelah menunggu agak lama, akhirnya datang 2 petugas derek resmi dari jasa marga (dilihat dari pakaian dan mobil dereknya). Setelah mobil dicek oleh salah satu petugas derek tsb, mereka menyarankan diderek ke pintu tol terdekat yaitu pintu Tol Kertajati, tapi dengan penjelasan petugas bahwa mobil akan diderek sampai pintu tol gratis, tapi apabila sampai bengkel terdekat maka akan dikenakan biaya tambahan sebesar 300 ribu. Saya sempat menawar 100 ribu, tapi petugas malah bilang seharusnya biaya ditambah bukan dikurangi. Setelah sempat tawar menawar akhirnya disepakati sebesar 200 ribu. Pikir saya bengkel tersebut jauh, ternyata jaraknya tidak begitu jauh dari pintu Tol Kertajati. Setelah sampai bengkel, yang memang sudah saling kenal antara pemilik dan petugas derek, mobil diturunkan dari mobil derek untuk diperiksa bengkel. Setelah dicek, memang ada komponen berupa sepatu dan gir kecil di mesin keteng mobil yang rusak, disarankan pihak bengkel untuk dibubut dan turun mesin, dengan biaya 8, saya pikir 800 ribu ternyata 8 juta DP 4 juta tidak bisa kurang. Untuk itu mobil ditinggal di bengkel dan si pemilik bengkel menawarkan jasanya menyewakan mobil dia untuk mengantar Kami ke Jakarta dengan tarif 250 ribu diluar supir dan bensin. Saat itu saya bingung dan hari menjelang sore, kondisi ini bagaikan membeli air di padang gurun, saya coba telpon ke kerabat barangkali ada yang bisa membantu. Setelah beberapa kali telpon untuk bantuan biaya perbaikan mobil tidak ada kerabat yang dapat membantu dalam menyediakan uang 4juta secepatnya.Tapi untuk menjemput ada kerabat yang mau membantu. Setelah musyawarah dengan pemilik bengkel akhirnya saya rela meninggalkan mobil dan STNK mobil sebagai jaminan, dan beberapa hari nanti saya berjanji mentransfer uang DP 4 juta ke rekening pemilik bengkel. Kami akhirnya menunggu jemputan kerabat di sebuah Masjid tidak jauh dari bengkel, dan sekitar jam 23.00 Alhamdulillah kami sudah berangkat kembali menuju Jakarta dengan menggunakan mobil kerabat saya. Melalui tuisan ini saya membayangkan bagaimana kalau orang yang seperti saya atau orang yang tidak punya uang mengalami kejadian horor seperti ini, dari mulai derek yang menentukan tarif sampai permainan bengkel yang mematok harga selangit dibalik kesusahan seorang musafir ditengah perjalanan yang butuh pertolongan.....
Ini merupakan pengalaman saya yang tidak terlupakan, dibengkel pun saya melihat banyak mobil yang selesai diperbaiki dan belum ditebus oleh pemiliknya, dalam hati saya apakah mungkin saya korban berikutnya...karena sampai tulisan ini diturunkan pun mobil saya masih dibengkel tsb.
Mudah-mudahan tulisan ini menjadi sharing pengalaman dan jangan sampai menimpa yang lain, dan semoga pelayanan Tol Jasa Marga dapat terus ditingkatkan dan dapat membantu orang-orang seperti saya bukan sebaliknya, saya berdoa agar kejadian ini tidak terulang kembali. Amien....
Terimakasih sharingnya pak. Sangat bermanfaat dan membantu. Intinya sih menurut saya. Cek mobil dari mesin, ban serta kaki2 klo mau melintas di jalan tol. Utk urusan interior, cat dan ac di pending dulu aja. Prioritas kan agar kendaraan dapat melinta di jalur tol tanpa kendala. Berapapun biayanya utk perbaikan mobil sblm tol sih ga mslh. Drpd kena palak oknum2 derek dan bengkel komplotan nya.
Posting Komentar